Permasalahan Lingkungan Pemanasan Global
Abstrak
Pemanasan global atau sering disebut Global Warming merupakan sebuah kejadian dimana meningkatnya temperatur dan juga merupakan adanya ketidakseimbangan antara ekosistem yang ada di bumi sehingga mengakibatkan adanya proses untuk meningkatnya temperatur rata-rata pada atmosfer seperti uap air, karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O) dan chlorofluorocarbon (CFC) di atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk radiasi infra merah tetap terperangkap pada lapisan atmosfer yang menjadikan beberapa dari panas yang berupa radiasi infra merah tetap saja terperangkap pada lapisan atmosfer. Paper ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode pendekatan deskriptif dalam penelitian ini digunakan agar dapat lebih dalam untuk menjelaskan fenomena dan temuan temuan di lapangan.. Jadi, Terdapat rezim internasional yang dituangkan dalam sebuah perjanjian seperti konvensi maupun protokol yang khususnya terjadi di Eropa. Diantaranya adalah Protokol Helsinki pada tahun 1985, konvensi LRTAP (Long-Range Transboundary Air Pollution) pada tahun 1979, dan Protokol Sofia pada tahun 1988.. diamkan beberapa negara di dunia ikut menandatangani dan menyepakati protokol Kyoto, yang salah satunya berisi tentang mendesak negara industri yang maju untuk meminimalisir efek dari rumah kaca. Masalah lingkungan yang terjadi mendorong banyak orang ilmuwan mencari solusi tidak hanya dalam aspek teoritis tetapi juga dalam praktik. Partai hijau telah dibuat sebagai solusi ketika pihak konvensional tidak dapat menangani isu yang berkaitan dengan lingkungan.
Latar Belakang
Isu lingkungan terutama tentang pemanasan global mulai menjadi perhatian dunia internasional. Isu pemanasan global sebenarnya sudah muncul semenjak abad ke-18,meskipun tidak begitu besar seperti yang terjadi sekarang. Awal kemunculan isu ini ditandai dengan adanya Revolusi Industri. Revolusi Industri merupakan sebuah perubahan pada sistem produksi dari tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Revolusi ini terjadi setelah ditemukannya mesin uap oleh Thomas Newcomen, dan dikembangkan lebih lanjut oleh James Watt. Mesin uap dianggap lebih praktis dan efisien dalam kegiatan produksi dibandingkan dengan manusia. Hal Inilah yang kemudian mendorong banyak didirikannya pabrik dan alat transportasi pendukung sebagai sarana distribusi barang-barang hasil produksi. Revolusi Industri juga menyebabkanpenambangan serta penggunaan batu bara secara besar-besaran, yang kemudian menyebabkan pencemaran udara besar-besaran. Isu ini kurang begitu mendapatkan banyak perhatian hingga pada tahun 1827 seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis bernama Jean-Baptiste Fourier menggagas teori yang dinamakan “efek gas rumah kaca”. Teori tersebut menyatakan bahwa apa yang terjadi pada lapisan atmosfer serupa dengan apa yang terjadi di dalam sebuah rumah kaca. Pada tahun 1896,Svante Arrhenius, memperkirakan kenaikan suhu bumi hingga 5 atau 6 °C sebagai akibat meningkatnya produksi karbon dioksida. Isu ini baru benar-benar menjadi fokus perhatian setelah Roger Revelle dan Hans Suess mempublikasikan hasil penelitian ilmiahnya mengenai peranan manusia yang tinggi dalam produksi gas rumah kaca. Hingga pada akhirnya semenjaktahun 1980an, ketika isu ini mulai dibawa ke ranah politik, seiring dengan tingginya penggunaan bahan bakar fosil dan tingginya keinginan serta kepentingan dalam mengenai lingkungan hidup.Pemanasan global atau sering disebut Global Warming merupakan sebuah kejadian dimana meningkatnya temperatur dan juga merupakan adanya ketidakseimbangan antara ekosistem yang ada di bumi sehingga mengakibatkan adanya proses untuk meningkatnya temperatur rata-rata pada atmosfer yang berakibat panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Masalah ini terjadi berulang ulang sehingga menyebabkan rata-rata suhu tahunan bumi terus meningkat. Gas buangan kendaraan, pabrik, dan gas buangan dari aktivitas masyarakat terakumulasi pada atmosfer lalu menangkap energi panas dari matahari sehingga menimbulkan suhu di bumi meningkat. Jadi, pada intinya global warming yaitu meningkatnya suhu di bumi secara keseluruhan atau global seperti temperature daratan dan lautan pada bumi yang menyebabkan efek secara langsung dan tidak langsung kepada masa depan bumi termasuk juga manusia dan makhluk hidup lainnya. Fenomena pemanasan global atau global warming sudah dirasakan oleh kalangan manusia di bumi. Berbagai lapisan atau elemen internasional baik pada kelompok sosial masyarakat (LSM), individu, Lembaga pemerintahan, Lembaga dari regional sampai internasional mengkhawatirkan bahwa jika fenomena ini dibiarkan saja pasti akan berdampak luas dan akan mengancam kelangsungan hidup di bumi. Merespon dari kekhawatiran tersebut, para negara negara di dunia secara bersama-sama telah memberikan perhatian lebih terhadap pemanasan global.
Pembahasan
Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Solusinya: Dengan membuat gerakan
Penyebab Pemanasan Global:
Efek Rumah Kaca
Proses terjadinya efek rumah kaca dapat dijelaskan melalui gambar berikut. Dalam rumah kaca (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di negara yang mengalami musim salju, atau percobaan tanaman dalam bidang biologi dan pertanian, energi matahari (panas) yang masuk melalui atap kaca sebagian dipantulkan keluar atmosfer dan sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan suhu di dalamnya (Gealson,2007). Contoh lain yang dapat mengilustrasikan kejadian efek rumah kaca adalah, ketika kita berada dalam mobil dengan kaca tertutup yang sedang parkir di bawah terik matahari. Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar melalui kaca tetapi sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Akibatnya suhu di dalam ruang lebih tinggi (panas) daripada di luarnya. Perhatikan gambar berikut
(Gealson,2007).
Efek balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik yang dihasilkannya, seperti pada penguapan air. Pada awalnya pemanasan akan lebih meningkatkan banyaknya uap air di atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, maka pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Keadaan ini menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 itu sendiri. Peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air absolut di udara, namun kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat. Karena usia CO2 yang panjang di atmosfer maka efek balik ini secara perlahan dapat dibalikkan (Soden and Held, 2005). Efek balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya oleh es. Lapisan es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat ketika temperatur global meningkat. Bersamaan dengan mencairnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan
dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Kejadian ini akan menambah faktor penyebab pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, sehingga menjadi suatu siklus yang berkelanjutan (Thomas, 2001).
Variasi Matahari
Pemanasan global dapat pula diakibatkan oleh variasi matahari. Suatu hipotesis menyatakan bahwa variasi dari Matahari yang diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini (Marsh and Henrik, 2000). Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer, sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950 (Hegerl, et al. 2007, Ammann, et al, 2007).
Polusi udara
Bahan bakar mesin kendaraan bermotor, seperti mobil, sepeda motor dan kendaraan lainnya menghasilkan gas karbondioksida yang tidak bisa diteruskan keluar angkasa sehingga panas akan mengendap di bumi, sehingga mengakibatkan bumi semakin panas.
Penggunaan CFC Secara Berlebihan
Chlorofluorocarbon (CFC) adalah suatu bahan kimia yang diproduksi untuk berbagai kebutuhan peralatan rumah tangga seperti AC atau pendingin ruangan dan kulkas. Zat kimia perusak lapisan ozon ini sangat stabil, sehingga bisa mencapai stratosfer secara utuh. Ketika zat tersebut berada di stratosfer, kemudian zat kimia ini diubah oleh radiasi ultraviolet sinar matahari dan mengeluarkan atom-atom klorin merusak ozon.
Polusi Metana Karena Peternakan, Pertanian, dan Perkebunan
Unsur yang berperan besar dalam menyebabkan global warming adalah gas metana. Gas metana yang mempunyai kadar tinggi dapat mengurangi kadar oksigen pada atmosfer bumi sampai sekitar 19,5%
Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global telah memicu terjadinya sejumlah konsekuensi yang merugikan baik terhadap lingkungan maupun setiap aspek kehidupan manusia. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Pemukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.
Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup.
Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.
Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrien dan migrasi ikan).
Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada puncaknya.
Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat berpengaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.
Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme tertentu, kondisi ini tidak menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih luas. Ini menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
Cara mengatasi pemanasan global
Mengurangi Peningkatan Gas Rumah Kaca
Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya pelestarian lingkungan dan sumber daya alam serta penegakan hukumnya. Upaya ini harus dilakukan secara komprehensif dan lintas sektor. Misalnya, untuk mengatasi emisi gas-gas rumah kaca akibat peningkatan jumlah kendaraan di Kota Jakarta, harus di atas secara bersama dengan daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang.
Mengurangi Polusi Udara Karena Bahan Bakar
Emisi gas karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling banyak mesin-mesin kendaraan dan industri digerakkan oleh mesin yang menggunakan bahan bakar ini. Karena itu diupayakan sumber energi lain yang aman dari emisi gas-gas ini, misalnya; menggunakan energi matahari, air, angin, dan bioenergy.
Mengurangi penggunaan CFC
Penggunaan CFC yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global sehingga perlu adanya antisipasi atau pencegahan dengan cara mengurangi atau menyetop penggunaan barang-barang yang mengandung CFC seperti AC, plastik, hairspray, pilok dll.
Tidak melakukan penggundulan hutan
Hutan merupakan paru-paru dunia yang banyak menghasilkan oksigen untuk berlangsungnya kehidupan makhluk di dunia. Disamping menghentikan penebangan hutan secara liar, maka upaya lain yang dilakukan adalah program reboisasi. Dengan reboisasi maka hutan tidak gundul sehingga CO2 akan terserap oleh tumbuhan dan mengurangi dampak pemanasan global.
Menggunakan energi alternatif
Energi diperlukan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sebagian besar energi yang digunakan tersebut bersumber dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, alam, serta batu bara. Dengan menggunakan energi alternatif selain dapat mengurangi polusi juga dapat meminimalisir dan mengurangi pemanasan global
DAFTAR PUSTAKA
Gleason, Karen K., Simon Karecki, and R. R. (2007). Climate Classroom: What’s up with global warming? National Wildlife Federation.
Hegerl, Gabriele C, F. W. Z. (2008). Understanding and Attributing Climate Change. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group Intergovermental Panel on Climate Change.
Marsh, Nigel, Henrik, S. (2000). Cosmic Rays, Clouds, and Climate Space Science Reviews. 94(215-230).
Soden, Brian J., Held, I. M. (2005). An Assessment of Climate Feedbacks in Coupled OceanAtmosphere Models. Of Climate, 19 (14).